Parkinson
Penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang banyak diketahui orang dari penyakit Parkinson adalah terjadinya tremor atau gemetaran. Tapi gejala-gejala penyakit Parkinson pada tahap awal sulit dikenali, misalnya:
Merasa lemah atau terasa lebih kaku pada sebagian tubuh.
Gemetaran halus pada salah satu tangan saat beristirahat.
Setelah gejala awal di atas, maka akan muncul gejala-gejala yang akan dialami oleh penderita penyakit Parkinson:
Tremor makin parah dan menyebar.
Otot terasa kaku dan tidak fleksibel.
Pergerakan menjadi lambat.
Berkurangnya keseimbangan dan juga koordinasi tubuh.
Penderita penyakit ini juga bisa mengalami gejala fisik dan psikologis lain seperti depresi,konstipasi, sulit tidur atau insomnia, kehilangan indera penciuman atau anosmia, bahkan muncul masalah daya ingat.
Penderita Penyakit Parkinson
Di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 6,3 juta orang yang menderita penyakit Parkinson. Penyakit ini memengaruhi segala macam ras dan budaya. Semua orang bisa terkena penyakit ini, tapi lebih umum terjadi pada kalangan orang tua dan lebih cenderung terjadi kepada laki-laki.
Kebanyakan orang mulai mengalami gejala penyakit Parkinson ketika usia mereka memasuki 50 tahun. Tapi ada sekitar 5 persen orang yang mengalami gejalanya pada usia 40 tahun.
Penyebab Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson memengaruhi bagian kecil dari otak tengah yang bernama susbstantia nigra. Fungsi dari substantia nigra adalah mengirim pesan ke saraf-saraf di saraf tulang belakang yang mengendalikan otot-otot pada tubuh. Pesan dikirimkan dari sel otak, ke saraf dan otot dengan memanfaatkan senyawa kimia yang disebut neurotransmiter. Salah satu neurotransmiter utama yang dihasilkan oleh sel otak di substantia nigra adalahdopamine.
Pengaturan gerakan dari tubuh sangat dipengaruhi oleh dopamine. Saat jumlahdopamine menurun akan menyebabkan aktivitas otak akan terganggu. Inilah yang menyebabkan munculnya tanda-tanda dan gejala penyakit Parkinson.
Penyebab menurunnya dopamine ini masih belum diketahui. Tapi terdapat beberapa faktor yang bisa memicu hal ini, seperti faktor keturunan dan faktor lingkungan.
Pengobatan Penyakit Parkinson
Hingga saat ini, penyakit Parkinson belum memiliki obat penyembuhnya. Pengobatan dan juga penanganan yang tersedia hanya ditujukan untuk meringankan gejala yang dialami. Pengobatan dilakukan untuk menjaga kualitas hidup penderita agar bisa beraktivitas senormal mungkin.
Langkah penanganan yang tersedia adalah fisioterapi, obat-obatan, dan jika perlu, operasi. Penyakit Parkinson pada tahap awal, gejalanya cenderung ringan dan tidak perlu dilakukan penanganan khusus. Tapi demi mengetahui perkembangan kondisi, pemeriksaan rutin akan dilakukan.
Kini perkembangan pengobatan penyakit Parkinson sudah cukup maju. Penderita kondisi ini bisa hidup semaksimal mungkin dengan menjalani kemajuan teknik pengobatan dan penanganan yang ada.
Seiring dengan berkembangnya penyakit ini, penderita Parkinson akan memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan rutinitas sehari-hari. Ada sebagian yang sangat terbantu oleh pengobatan tapi ada juga sebagian yang merasakan efek yang terbatas dari pengobatan.
Penyakit epilepsi
Penyakit epilepsi mungkin tidak asing di telinga kita. Kata “epilepsi” sendiri sebenarnya merupakan istilah umum yang berarti “kecenderungan untuk kejang”.
Di dalam otak kita terdapat neuron atau sel-sel saraf. Sel saraf merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi sebagai pengatur kesadaran, kemampuan berpikir, gerak tubuh, dan sistem panca indera kita. Tiap sel saraf saling berkomunikasi dengan menggunakan impuls listrik. Kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut mengalami gangguan sehingga menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali.
Kejang memang menjadi gejala utama penyakit epilepsi, namun belum tentu orang yang mengalami kejang mengidap kondisi ini. Dalam dunia medis, seseorang didiagnosis dengan epilepsi setelah mengalami kejang sebanyak beberapa kali. Tingkat keparahan kejang pada tiap penderita epilepsi berbeda-beda. Ada yang hanya berlangsung beberapa detik dan ada juga yang hingga beberapa menit. Ada yang hanya mengalami kejang pada sebagian tubuhnya dan ada juga yang mengalami kejang total hingga menyebabkan kehilangan kesadaran.
Menurut data WHO, diperkirakan jumlah penderita epilepsi di dunia mencapai lima puluh juta orang. Di Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 2 juta orang yang menderita epilepsi. Sebenarnya yang mengkhawatirkan bukan angkanya, namun masih minimnya penanganan bagi penderita epilepsi di Indonesia.Menurut WHO, sekitar 80-90 persen penderita epilepsi di negara-negara berkembang pada umumnya, belum mendapatkan penanganan yang layak.
Penyebab epilepsi
Epilepsi dapat mulai diderita seseorang pada usia kapan saja, meski umumnya kondisi ini terjadi sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan temuan penyebabnya, epilepsi dibagi menjadi tiga, yaitu epilepsi simptomatik, kriptogenik, dan idiopatik.
Pada epilepsi simptomatik, umumnya kejang-kejang diakibatkan oleh adanya gangguan atau kerusakan pada otak. Bertolak belakang dengan simptomatik, penyebab kejang pada epilepsi idiopatik sama sekali tidak ditemukan. Sedangkan pada epilepsi kriptogenik, meski tidak ditemukannya bukti kerusakan struktur pada otak, namun gangguan belajar yang diderita menunjukkan adanya kerusakan.
Pengobatan serta komplikasi epilepsi
Hingga kini memang belum ada obat atau metode yang mampu menyembuhkan kondisi ini secara total. Meski begitu, obat anti epilepsi atau OAE mampu mencegah terjadinya kejang, sehingga penderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal dengan mudah dan aman.
Selain obat-obatan, penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola hidup yang sehat, seperti olahraga secara teratur, tidak minum alkohol secara berlebihan, serta mengonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang.
Alasan kenapa kejang-kejang pada penderita epilepsi perlu ditangani dengan tepat adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi dan situasi yang dapat membahayakan nyawa penderitanya. Contohnya adalah terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendaraan akibat kejang.
Dalam kasus yang jarang terjadi, epilepsi dapat menimbulkan komplikasi berupa status epileptikus. Status epileptikus terjadi ketika penderita mengalami kejang selama lebih dari lima menit atau mengalami serangkaian kejang pendek tanpa kembali sadar di antara kejang. Status epiliptikus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, bahkan kematian.
Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia paling umum yang awalnya ditandai oleh melemahnya daya ingat, hingga gangguan otak dalam melakukan perencanaan, penalaran, persepsi, dan berbahasa. Pada penderita Alzheimer, gejala berkembang secara perlahan-lahan seiring waktu. Misalnya yang diawali dengan sebatas lupa soal isi percakapan yang baru saja dibincangkan atau lupa dengan nama obyek dan tempat, bisa berkembang menjadi disorientasi dan perubahan perilaku. Perubahan perilaku dalam hal ini seperti menjadi agresif, penuntut, dan mudah curiga terhadap orang lain. Bahkan jika penyakit Alzheimer sudah mencapai tingkat parah, penderita dapat mengalami halusinasi, masalah dalam berbicara dan berbahasa, serta tidak mampu melakukan aktivitas tanpa dibantu orang lain.
Meski penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, para ahli percaya bahwa penyakit Alzheimer pada umumnya terjadi akibat meningkatnya produksi protein dan khususnya penumpukan protein beta-amyloid di dalam otak yang menyebabkan kematian sel saraf.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit Alzheimer, di antaranya adalah pertambahan usia, cidera parah di kepala, riwayat kesehatan keluarga atau genetika, dan gaya hidup.
Penyakit Alzheimer rentan diidap oleh orang-orang yang telah berusia di atas 65 tahun dan sebanyak 16 persen diidap oleh mereka yang usianya di atas 80 tahun.
Meski begitu, penyakit yang menjangkiti lebih banyak wanita ketimbang laki-laki ini juga dapat dialami oleh orang-orang yang berusia antara 40 hingga 65 tahun. Diperkirakan sebanyak 5 persen penderita Alzheimer terjadi pada kisaran usia tersebut.
Diagnosis dan pengobatan penyakit Alzheimer
Penderita Alzheimer umumnya hidup sekitar delapan hingga sepuluh tahun setelah gejala muncul, namun ada juga beberapa penderita lainnya yang bisa hidup lebih lama dari itu. Meski penyakit Alzheimer belum ada obatnya, ragam pengobatan yang ada saat ini bertujuan untuk memperlambat perkembangan kondisi serta meredakan gejalanya.
Karena itu segera temui dokter jika daya ingat Anda mengalami perubahan atau Anda khawatir mengidap demensia. Jika penyakit Alzheimer dapat terdiagnosis sejak dini, maka Anda akan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan persiapan serta perencanaan untuk masa depan, dan yang lebih terpenting lagi, Anda akan mendapatkan penanganan lebih cepat yang dapat membantu.
Tidak ada tes khusus untuk membuktikan seseorang mengalami Alzheimer. Dalam mendiagnosis penyakit Alzheimer, dokter akan bertanya seputar masalah dan gejala yang dialami pasien. Tes medis mungkin akan dilakukan untuk memastikan kondisi yang dialami pasien bukan karena penyakit lain.
Selain dengan pemberian obat-obatan, penyakit Alzheimer juga dapat ditangani secara psikologis melalui stimulasi kognitif guna memperbaiki ingatan si penderita, memulihkan kemampuannya dalam berbicara maupun dalam memecahkan masalah, serta membantunya hidup semandiri mungkin.
Pencegahan penyakit Alzheimer
Karena penyebab pastinya belum diketahui, sulit untuk mencegah penyakit ini secara pasti. Namun, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mempertahankan kesehatan dan fungsi otak, di antaranya dengan mengonsumsi makanan sehat, berolahraga, tidak merokok, membatasi konsumsi alkohol, serta rutin memeriksakan diri ke dokter seiring pertambahan usia.
Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi kematian sel-sel pada sebagian area di otak. Stroke adalah kondisi kesehatan yang serius yang membutuhkan penanganan cepat.
Ketika pasokan darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak terputus, maka sel-sel otak akan mulai mati. Karena itu semakin cepat penderita ditangani, kerusakan yang terjadi pun semakin kecil bahkan kematian bisa dihindari. Jika Anda merasakan serangan stroke atau melihat orang lain terserang stroke, segera hubungi rumah sakit untuk meminta ambulans.
Gejala stroke
Ingatlah gejala stroke berikut ini agar dapat melakukan tindakan yang tepat.
Cara bicara penderita tidak jelas atau kacau, bahkan ada juga penderita yang tidak bisa bicara sama sekali walau mereka terlihat sadar
Mata dan mulut pada salah satu sisi wajah penderita terlihat turun
Lengan si penderita mengalami kelumpuhan saat terserang stroke, karena itu mereka tidak mampu mengangkat salah satu atau bahkan kedua lengannya
Segera hubungi rumah sakit jika Anda melihat gejala-gejala di atas.
Latar belakang terjadinya stroke
Otak dapat berfungsi dengan baik jika pasokan oksigen dan nutrisi yang disediakan darah mengalir dengan baik. Jika pasokan darah terhambat, maka otak akan rusak, bahkan seseorang yang terkena stroke bisa meninggal.
Stroke menurut jenisnya
Jenis stroke jika dilihat dari penyebabnya dibagi menjadi dua yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi jika pasokan darah berhenti akibat gumpalan darah dan stroke hemoragik terjadi jika pembuluh darah yang memasok darah ke otak pecah.
Ada juga yang disebut TIA (Transient Ischemic Attack) atau stroke ringan. TIA terjadi ketika pasokan darah ke otak mengalami gangguan sesaat yang biasanya diawali dengan gejala pusing, penglihatan ganda, tubuh secara mendadak terasa lemas, dan sulit bicara.
Meski hanya sesaat, tetap harus ditangani secara serius. Karena hal ini biasanya merupakan peringatan akan datangnya serangan stroke berat.
Penyakit stroke di Indonesia
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, terdapat sekitar 12 penderita stroke per 1000 penduduk Indonesia. Stroke juga merupakan penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia.
Orang-orang yang usianya lebih dari 65 tahun paling berisiko terkena stroke. Namun dua puluh lima persen stroke terjadi pada orang-orang yang berusia di bawah 65 tahun, termasuk anak-anak.
Orang-orang yang merokok, kurang olah raga, dan memiliki pola makan yang buruk juga rentan terhadap stoke. Selain itu orang-orang yang sirkulasi darahnya terganggu akibat tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, detak jantung tidak teratur atau fibrilasi atrium, dan diabetes, juga lebih rentan terhadap stroke.
Diagnosis stroke
Stroke umumnya didiagnosis melalui tanda-tanda fisik, serta melalui foto atau pencitraan otak. Pencitraan otak gunanya untuk menentukan apakah stroke disebabkan oleh arteri yang tersumbat atau pembuluh darah yang pecah, adanya risiko serangan stroke iskemik, bagian otak mana yang terserang, dan seberapa parah stroke tersebut.
Metode pengobatan stroke
Pengobatan stroke tergantung dari jenisnya, stroke iskemik atau hemoragik. Pengobatan juga disesuaikan pada area otak mana stroke terjadi. Pada umumnya stroke diobati dengan obat-obatan, termasuk obat pencegahan untuk menurunkan tekanan darah, menurunkan tingkat kolesterol, dan menghilangkan pembekuan darah. Dalam beberapa kasus, operasi diperlukan untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh stroke hemoragik atau menghilangkan lemak di arteri.
Dampak stroke terhadap kehidupan penderitanya
Stroke dapat berdampak pada kehidupan dan kesejahteraan Anda dalam berbagai aspek. Proses rehabilitasinya spesifik dan tergantung pada gejala yang Anda alami dan seberapa parah gejala tersebut. Sejumlah ahli dan spesialis bisa membantu. Diantaranya adalah, psikolog, ahli terapi okupasi, ahli terapi bicara, perawat dan dokter spesialis, serta fisioterapi.
Kerusakan akibat stroke bisa meluas dan berlangsung lama. Sebelum pulih seperti sedia kala, penderita harus melakukan rehabilitasi dalam periode panjang. Namun sebagian besar dari mereka tidak akan pernah pulih sepenuhnya.
Pencegahan stroke
Stroke dapat dicegah melalui penerapan pola hidup sehat. Risiko mengalami stroke akan berkurang jika Anda makan makanan sehat, berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan minum alkohol sesuai takaran. Berusaha menurunkan tingkat kolesterol dan tekanan darah tinggi dengan obat-obatan juga bisa mengurangi risiko terkena stroke. Pada sebagian orang, obat-obatan untuk mencegah pembekuan darah serta obat untuk menjaga kadar normal gula darah juga penting untuk mencegah terjadinya stroke.
Komplikasi stroke
Stroke dapat menyebabkan munculnya berbagai komplikasi, dan beberapa diantaranya dapat membahayakan nyawa si penderita. Contoh dari komplikasi tersebut diantaranya adalah hidrosefalus atau tingginya produksi cairan serebrospinal, disfagia atau kesulitan menelan, dan trombosis vena dalam atau penggumpalan darah pada kaki.
Amnesia
Amnesia atau hilang ingatan adalah istilah yang digunakan saat seseorang tidak bisa mengingat informasi, pengalaman, atau kejadian tertentu. Kondisi ini dapat terjadi tiba-tiba atau semakin parah secara perlahan-lahan.
Ingatan yang hilang bisa berupa hal yang baru saja terjadi atau kenangan yang telah lama berlalu. Orang yang mengidap amnesia juga bisa mengalami kesulitan dalam mempelajari informasi baru atau membentuk ingatan baru.
Jenis-jenis Amnesia
Amnesia bisa dikategorikan dalam dua jenis utama. Pembagian ini berdasarkan jenis ingatan pengidap yang mengalami gangguan. Kedua jenis amnesia tersebut adalah:
Amnesia anterograde yang terjadi ketika penderitanya kesulitan untuk mengingat hal-hal yang terjadi setelah periode atau tanggal tertentu. Pengidap amnesia ini hanya bisa mengingat hal-hal untuk jangka pendek.
Amnesia retrograde, yaitu jenis amnesia di mana penderitanya tidak bisa mengingat informasi masa lalu sebelum periode atau tanggal tertentu. Contohnya, kehilangan ingatan sebelum tanggal menjalani operasi besar atau mengalami kecelakaan.
Seiring bertambahnya usia, kemampuan mengingat kita umumnya akan mengalami penurunan. Meski demikian, amnesia juga bisa menjadi gejala dari penyakit atau masalah kesehatan yang lebih serius. Anda lebih baik memeriksakan diri ke dokter jika mengalami hilang ingatan yang mengkhawatirkan Anda, misalnya hilang ingatan yang terjadi tanpa penyebab yang jelas.
Penyebab Amnesia
Amnesia bisa disebabkan oleh berbagai jenis kondisi, khususnya yang memengaruhi kinerja otak. Beberapa di antaranya meliputi:
Cidera pada kepala, misalnya akibat kecelakaan.
Stroke.
Ensefalitis atau peradangan otak.
Penyakit atau kondisi tertentu, misalnya penyakit Alzheimer dan tumor otak.
Ketergantungan minuman keras untuk jangka panjang.
Trauma psikologis, misalnya pada korban kejahatan seksual.
Diagnosis Amnesia
Langkah diagnosis yang tepat diperlukan dalam diagnosis amnesia. Ini dilakukan untuk memastikan penyebab dasar serta jenis amnesia yang Anda alami.
Sama seperti penyakit lain, tahap awal diagnosis amnesia dimulai dari dokter yang menanyakan detail gejala-gejala disertai riwayat kesehatan Anda dan keluarga. Pemeriksaan selanjutnya berupa tes darah, CT scan atau MRI juga mungkin dianjurkan guna menghapus adanya kemungkinan penyakit lain.
Penanganan Amnesia
Langkah utama dalam menangani amnesia adalah terapi, contohnya terapi okupasi serta terapi kognitif. Dalam terapi, pengidap amnesia akan mempelajari metode untuk membantu daya ingatnya. Misalnya, mempelajari strategi dan teknik dalam mengatur informasi agar mudah diingat.
Anda juga bisa menerapkan langkah-langkah sederhana untuk membantu aktivitas sehari-hari Anda. Beberapa strategi yang mungkin akan berguna meliputi:
Senantiasa membawa alat tulis agar Anda bisa segera mencatat segala informasi yang Anda peroleh.
Selalu menaruh benda yang dibutuhkan sehari-hari di tempat yang sama, contohnya kunci rumah.
Manfaatkan kemajuan teknologi, misalnya menggunakan fitur alarm pada ponsel untuk mengingatkan Anda pada kegiatan tertentu.
Amnesia dan Demensia
Demensia adalah sekumpulan gejala yang berhubungan dengan penurunan kinerja otak. Hilang ingatan memang termasuk salah satu gejala dalam demensia. Meski demikian, kedua kondisi ini tidaklah sama. Mengalami hilang ingatan belum tentu berarti Anda otomatis mengalami demensia.
Diabetes (diabetes melitus)
Diabetes (diabetes melitus) adalah penyakit jangka panjang yang ditandai dengan kadar gula darah di atas normal. Jenis utama penyakit ini adalah diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Penderita Diabetes di Indonesia
Indonesia termasuk 10 negara terbesar penderita diabetes. Pada tahun 2013, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 8,5 juta orang dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Tetapi kurang dari 50% dari mereka yang menyadarinya.
Apa Saja Gejala Diabetes?
Sangatlah penting bagi semua orang untuk mengetahui gejala awal diabetes. Tidak hanya bagi Anda yang berisiko tinggi, tetapi juga bagi Anda yang merasa sehat-sehat saja dan tidak memiliki riwayat atau potensi mengidap diabetes.
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan banyak penderita diabetes tipe 2 yang tidak menyadari bahwa mereka telah mengidap diabetes selama bertahun-tahun karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:
• Sering merasa haus.
• Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
• Rasa lapar yang ekstrem.
• Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
• Terdapat keton dalam air seni. Keton adalah produk sampingan dari metabolisme otot dan lemak yang terjadi ketika produksi insulin tidak cukup.
• Kelelahan.
• Pandangan yang kabur.
• Berkurangnya massa otot.
• Luka yang lama sembuh.
• Tekanan darah yang tinggi.
• Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.
Pengaruh Hormon Insulin dan Diabetes
Semua sel dalam tubuh manusia membutuhkan zat gula agar dapat bekerja dengan normal. Kadar zat gula dalam darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung.
Zat gula dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh dengan bantuan hormon insulin yang memindahkan glukosa saat makanan dicerna dan masuk ke aliran darah. Glukosa itulah yang kemudian diolah untuk menghasilkan energi di dalam tubuh.
Tetapi organ pankreas di dalam tubuh penderita diabetes tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Sekilas Tentang Diabetes Tipe 1
Penderita jenis diabetes ini sangat bergantung kepada insulin karena sistem kekebalan tubuh penderitanya akan menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini memicu peningkatan kadar glukosa sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh.
Penderita diabetes tipe 1 biasanya adalah orang-orang yang berusia di bawah 40 tahun dan umumnya muncul pada masa remaja atau anak-anak. Maka dari itu diabetes jenis ini juga disebut sebagai diabetes anak-anak.
Diabetes tipe 1 jarang terjadi jika dibandingkan dengan diabetes tipe 2. Hanya sekitar dua orang yang menderita diabetes tipe 1 di antara seluruh 10 penderita diabetes.
Selain harus menerima suntikan insulin tiap hari, penderita diabetes tipe 1 juga disarankan untuk menjaga kadar glukosa dalam darah agar tetap seimbang. Misalnya dengan pola makan sehat dan tes darah secara rutin.
Sekilas Tentang Diabetes Tipe 2
Ini adalah jenis diabetes yang lebih umum terjadi. Sekitar 80% pengidap diabetes di Indonesia menderita diabetes tipe ini.
Diabetes tipe 2 disebabkan oleh kurangnya produksi insulin di dalam tubuh atau sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin. Kekurangpekaan sel-sel tubuh ini dikenal dengan istilah resistansi terhadap insulin.
Gejala pada penderita diabetes tipe ini mungkin dapat dikendalikan dengan pola makan sehat dan memantau kadar glukosa dalam darah. Tetapi berwaspadalah karena penyakit ini akan terus berkembang dalam tubuh dan lambat laun Anda akan membutuhkan pengobatan (biasanya dalam bentuk tablet).
Diabetes tipe 2 sering dihubungkan dengan obesitas. Makin tinggi indeks massa tubuh maka risiko diabetes tipe ini juga akan makin tinggi. Diabetes akibat obesitas umumnya menyerang para manula.
Risiko Diabetes Kehamilan
Diabetes juga kerap menyerang ibu-ibu hamil karena ada sebagian wanita yang memiliki kadar glukosa dalam darah yang sangat tinggi selama masa kehamilan sehingga tubuh mereka tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk menyerapnya. Diabetes yang dikenal sebagai diabetes kehamilan ini dapat terjadi pada sekitar dua orang di antara 100 wanita yang hamil.
Penderita diabetes tipe 1 yang hamil juga akan memiliki risiko tinggi karena dapat berdampak pada ibu serta janin. Karena itulah sangat penting bagi penderita diabetes yang sedang hamil untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa dalam darah.
Ibu-ibu yang sedang hamil sebaiknya lebih cermat saat memantau kadar glukosa dalam darah pada trimester kedua (minggu 14-26) karena diabetes kehamilan umumnya berkembang selama masa ini dan akan hilang setelah Anda melahirkan. Tetapi risiko terkena diabetes tipe 2 bagi wanita yang pernah mengalami diabetes kehamilan adalah tiga kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum.
Poliomielitis
DEFINISI
Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian.
PENYEBAB
Penyebabnya adalah virus polio.
Penularan virus terjadi melalui beberapa cara:
• Secara langsung dari orang ke orang
• Melalui percikan ludah penderita
• Melalui tinja penderita.
Virus masuk melalui mulut dan hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu diserap dan diserbarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Resiko terjadinya polio:
Belum mendapatkan imunisasi polio
Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio
Kehamilan
Usia sangat lanjut atau sangat muda
Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani pengangkatan amandel atau pencabutan gigi)
Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh).
GEJALA
Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio:
1. Infeksi subklinis
2. Non-paralitik
3. Paralitik.
95% kasus merupakan infeksi subklinis. Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda spinalis) serta erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis.
Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72 jam)
• demam ringan
• sakit kepala
• tidak enak badan
• nyeri tenggorokan
• tenggorokan tampak merah
• muntah.
Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
• demam sedang
• sakit kepala
• kaku kuduk
• muntah
• diare
• kelelahan yang luar biasa
• rewel
• nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
• kejang dan nyeri otot
• nyeri leher
• nyeri leher bagian depan
• kaku kuduk
• nyeri punggung
• nyeri tungkai (otot betis)
• ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
• kekakuan otot.
• Poliomielitis paralitik
• demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
• sakit kepala
• kaku kuduk dan punggung
• kelemahan otot asimetrik
• onsetnya cepat
• segera berkembang menjadi kelumpuhan
• lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
• perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
• peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
• sulit untuk memulai proses berkemih
• sembelit
• perut kembung
• gangguan menelan
• nyeri otot
• kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
• ngiler
• gangguan pernafasan
• rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
• refleks Babinski positif.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan. Kadang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio, sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada.
Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebut sindroma post-poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan kelumpuhan.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap contoh tinja untuk mencari poliovirus dan pemeriksaan terhadap darah untuk menentukan titer antibodi. Pembiakan virus diambil dari lendir tenggorokan, tinja atau cairan serebrospinal. Pemeriksan rutin terhadap cairan serebrospinal memberikan hasil yang normal atau tekanan, protein serta sel darah putihnya agak meningkat.
PENGOBATAN
Polio tidak dapat disembuhkan dan obat anti-virus tidak mempengaruhi perjalanan penyakit ini. Jika otot-otot pernafasan menjadi lemah, bisa digunakan ventilator. Tujuan utama pengobatan adalah mengontrol gejala sewaktu infeksi berlangsung. Perlengkapan medis vital untuk menyelamatkan nyawa, teruatma membantu pernafasan mungkin diperlukan pada kasus yang parah. Jika terjadi infeksi saluran kemih, diberikan antibiotik. Untuk mengurangi sakit kepala, nyeri dan kejang otot, bisa diberikan obat pereda nyeri. Kejang dan nyeri otot juga bisa dikurangi dengan kompres hangat. Untuk memaksimalkan pemulihan kekuatan dan fungsi otot mungkin perlu dilakukan terapi fisik, pemakaian sepatu korektif atau penyangga maupun pembedahan ortopedik.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena. Jika tidak menyerang otak dan korda spinalis, kemungkinan akan terjadi pemulihan total. Jika menyerang otak atau korda spinalis, merupakan suatu keadaan gawat darurat yang mungkin akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian (biasanya akbiat gangguan pernafasan).
PENCEGAHAN
Vaksin polio merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak.
Terdapat 2 jenis vaksin polio:
• Vaksin Salk, merupakan vaksin virus polio yang tidak aktif
• Vaksin Sabin, merupakan vaksin virus polio hidup.
Yang memberikan kekebalan yang lebih baik (sampai lebih dari 90%) dan yang lebih disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut). Tetapi pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan penderita gangguan sistem kekebalan karean virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja.
Dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan hendak mengadakan perjalanan ke daerah yang masih sering terjadi polio, sebaiknya menjalani vaksinasi terlebih dahulu.
Feokromositoma
Feokromositoma adalah kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal dari sel-sel (tumor) yang secara normal nonkanker pada salah satu atau kedua kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal adalah sepasang kelenjar yang masing-masing terletah pada puncak ginjal. Masing-masing kelenjar adrenal memiliki lapisan medulla di sebelah dalam dan korteks di sebelah luar. Medulla menghasilkan suatu hormon, yang dikenal sebagai adrenalin. Korteks menghasilkan hormon-hormon steroid, seperti kortisol dan aldosteron, dan sejumlah kecil hormon-hormon seks. Pada feokromositoma, satu atau lebih tumor tumbuh di daman medulla kelenjar adrenal, menyebabkan produksi berlebihan dari adrenalin, suatu hormon yang mengendalikan tekanan darah, denyut jantung dan metabolisme tubuh. Oleh karena itu, penderita kondisi ini menunjukkan gejala, seperti tekanan darah tinggi, keringat berlebihan, jantung berdebar dan bahkan nyeri dada. Meskipun tumor dapat terjadi pada segala usia, tumor ini terjadi lebih sering pada orang-orang usia paruh baya. Penangnaan, biasanya melalui pengangkatan tumor secara bedah, diperlukan untuk mencegah komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa, seperti gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.
Akromegali
Akromegali adalah suatu penyakit poliferasi jaringan penyambung, dijumpai pada individu dewasa dengan kelebihan GH. Akromegali adalah pertumbuhan atau penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak akibat dari hipersekresi GH yang terjadi setelah pertumbuhan somatic selesai. Penderita akromegali memperlihatkan pembesaran tangan dan kaki. Karena pertumbuhan tulang panjang berhenti pada individu dewasa, kelebihan GH tidak dapat menyebabkan pertumbuhan skelet. Akromegali berkaitan dengan pertumbuhan kartilago tangan, kaki, hidung, rahang, dagu, dan tulang wajah. Poliferasi jaringan penyambung di organ internal, termasuk jantung, juga terjadi. (Corwin,2007)
Kumpulan informasi ini didapat dari website :
www.alodokter.com
www.situsobat.com
www.persify.com
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/
No comments:
Post a Comment