Saya dapat artikel ini exclusive dari suami Bunda Asma Nadia sekitar 2,5 tahun yang lalu, Isa Alamasyah, barokah gabung dan mantengin grup Komunitas Bisa Menulis di Facebook, juga Fanspage Asma Nadia. Bagi yang mau join grupnya, silakan cek sendiri ya di grup facebook. Semua anggotanya welcome kok :) termasuk saya :b hoho
Tips Menulis 1 Temukan Potongan Terbaik
Oleh: Isa Alamsyah
Bercerita itu adalah kemampuan menemukan potongan terbaik sebuah peristiwa yang menarik bagi pembaca, pendengar atau penonton.Contohnya seperti ini.Kamu mengalami peristiwa penyanderaan di bis ketika menuju sekolah. Saat itu ada perampok yang dikejar polisi dan lari masuk bus dan menyandera seluruh penumpang termasuk kamu. Singkat cerita akhirnya kamu berhasil dibebaskan juga seluruh penumpang. Cukup seru kan pengalamannya?
Lalu kamu sampai di sekolah dan bercerita pada teman-teman.“Eh tadi ada penyanderaan di bis gue?”Mendengar itu teman-teman kamu antusias dan mengerubungi kamu tak sabar mendengar cerita.Lalu kamu pun memulai cerita seperti ini.“Tadi gue naik bisa menuju sekolah.
Gue memang selalu naik bisa ke sekolah karena bayarannya murah. Waktu nunggu bis, bis pertama penuhdan bis kedua juga penuh akhirnya gue naik bisa ketiga. Nah bis ketiga itu sebenarnya juga penuh, tapi masi mending dibanding pertama kedua. Di depan ada nenek nenek duduk dengan kakek-kakek, kayaknya sih suami istri. Hebat juga ya mereka sudah menikah lama masih berdampingan. Lalu di belangkangnya ada empat deret kursi yang diduduki anak-anak sekolah. Sempat mereka digerutui kondektur karena pada duduk manis padahal bayarnya setengah. Terus yang duduk di sebelah kanan…..”Sudah 15 menit berlalu dan kamu masih berkutat di bagaian yang sama sekali tidak dipedulikan teman-temanmu.
Padahal kamu baru masuk ke bagian yang seru.Jika kamu bercerita seperti ini, apa yang akan terjadi?Mereka akan pergi karena ceritamu membosankan.Mereka menunggu inti cerita tapi tidak samapai-sampai lalu bel bernbunyi dan mereka masuk ke kelas dan tidak peduli lagi pada kisahmu.Bandingkan jika kamu bercerita langsung seperti ini“Tadi waktu gue naik bis, ada perampok masuk dan langsung menyandera semua penumpang, termasuk gue. Perampoknya ada empat. Satu pakai clurit, satu golok dan dua pakai pistol. Di luar polisi udang mengepung. Sialnya yang pakai clurit panic dan ngalungin clurit ke leher gue, nih lihat bekasnya.” (sambil menunjukkan bekas merah di leher).Itu adalah contoh dramatis, betapa seorang tidak mampu memilih mana bagian dari peristiwa yang menarik untuk di dengar atau dilihat.
Kemampuan memilih bagian yang penting dalam cerita merupakan kemampuan penting dalam bercerita.Nah kamu sering kan baca cerita yang di awalnya di awali angin berhembus, cuaca, dan berbagai hal yang bertele-tele.Kalau sekedar variasi gak apa, kalau kebanyakan bahaya.Saya dan istri (asma Nadia) serta anak-anak (Adam dan Putri Salsa) punya peraturan, namanya “30 menit pertama”. Kalau nonton film sudah 30 menit dan belum ada yang menarik kita keluar dari bioskop atau matikan DVD.Karena 30 menit pertama cukup menggambarkan fiml akan bagus atau tidak. Daripada kehilangan waktu 2 jam lebih baik mengorbankan 30 menit.Dalam cerpen juga begitu , kalau dua tiga paragraf pertama tidak menarik, cerpen akan diabaikan.Novel juga begitu, jika satu dua bab pertama tidak menarik, akan dilupakan. Jadi temukan potongan terbaik dari sebuah peristiwa dan jadikan itu sebagai cerita.
Tips Menulis 2 Trik Membuat Karakter Konsisten
Oleh: Isa Alamsyah
Dalam sebuah wawancara, Putri Salsa, penulis cilik yang sudah menulis 11 buku ketika masih sekolah di kelas 9 (3 SMP), ditanya oleh pewawancara."Salsa, gimana sih caranya kamu bisa membuat karakter dalam buku Cool Skool dan Best Friend Forever, konsisten. Tidak tertukar-tukar?"
Sedikit informasi, buku dan Best Friend Forever, adalah kisah series tentang persahabatan 3 anak SD, Niki, Kate dan Gen, yang mengalami banyak pengalaman yang menghebohkan. Karakter mereka jauh berbeda, satu kekanak-kanakan, satu tomboi dan satu lagi girly. Perbedaan sifat ini justru membuat persahabatan mereka karya warna.
Di kalangan anak-anak, buku ini merupakan salah satu favorit, bahkan Cool Skool adalah seri karya anak paling laris di jajaran (Kecil-Kecil Punya Karya, Kecil Kecil Jadi Penulis atau Penulis Cilik Punya Karya). Lebih dari itu, ada masa di mana, di antara semua buku Mizan group, buku tersebut menempati no. 2 terlaris setelah Laskar Pelangi.
Ok, kembali ke wawancara Salsa.Saat itu, saya, yang sebenarnya hanya seorang ayah yang berada di sana sekedar mendampingi atau mengantarkan Salsa, belajar sesuatu dari jawaban Salsa.Apa jawaban Salsa?Apa rahasia Salsa, sehingga ia karakter yang ia ciptakan konsisten dan tidak tertukar?
Ini jawaban Salsa:"Aku menghubungkan 3 karakater ku dengan karakter nyata. Misalnya setiap kali aku menggambarkan Kate aku membayangkan Demi Lovato, kalau aku menggambarkan Nikki aku bayangkan Selena Gomez dan kalau menulis tentang Gen aku bayangkan Taylor Swift."Semua dari selebirti remaja yang sedang naik daun saat itu.
Ternyata itu rahasia Salsa.Ia selalu menempelkan karakter di bukunya ke tokoh nyata dalam kehidupan.
Ketika pulang saya ceritakan jawaban cerdas Salsa tentang karakter ke bundanya Asma Nadia, dan ternyata Asma Nadia juga melakukan hal sama untuk karya-karyanya.Ketika merancang seri Aisyah Putri, ketika menulis Vincent kakaknya Aisyah Putri, Asma Nadia mengingat karakter abang iparnya Doni yang punya keinginan hidup dengan infus jadi gak perlu habis waktu buat makan.Ketika menulis karakter Windu, Asma juga mengingat karakter teman SMA-nya.Ketika menggambarkan Eki, Asma juga mengingat teman SMA yang kebetulan namanya sama.
Walaupun buat Putri Salsa itu adalah trik yang muncul sendiri, ternyata metode yang ama dipakai bundanya dan bahkan juga diterapkan nyaris semua penulis pada saat tertentu (tidak selamanya).
JK Rowling menulis Ron diilhami dari temannya waktu kecil.Penulis ini juga menemukan karakter Dermentor yang menghisap kebahagian terilhami perasan sendiri 'kebahagiaannya terhisap' ketika ibunya meninggal.
Jadi, salah satu cara, agar kita punya karakter yang konsisten, atau deskrisi yang konsisten akan lebih mudah jika kita menempelkan tokoh kita pada karakter asli (karakter manusia) dalam bayangan kita.Bisa saja kita gabungkan dua karakter atau tiga karakter asli untuk satu tokoh di tulisan kita.
Selamat mencoba.
Tips Menulis 3: Sudut Pandang 'Aku' atau 'Dia'
Oleh: Isa Alamsyah
Ketika menulis cerpen atau novel ada dua sudut pandang (point of view) yang paling lazim digunakan.
Pertama -aku (aku-an) atau -dia (dia-an = dia bisa juga nama)
Misalnya.
Aku berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya (Sudut pandang aku-an).
Lelaki itu berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya.(Sudut pandang dia-an).
Ryan berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya.(Sudut pandang dia-an).
Apa bedanya?Sama saja itu pilihan, tapi penggunaannya berbeda.
Ketika kita pakai aku-an maka imajinasi pengarang terbatas oleh keterbatasan aku.
Misalnya.
Kalimat 1
Aku berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya. Sudah ketiga kali gadis itu mengkhianati aku. Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja aku tidak tahu.
Kalimat 2
Ryan berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya. Sudah ketiga kali gadis itu mengkhianati Ryan. Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja Ryan tidak tahu.
Pada kalimat 1 ada pelanggaran sudut pandang. Kalimat ---Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja aku tidak tahu--- ini tidak bisa dipakai karena tidak ada info darimana si aku tahu kalau lebih dari tiga kali. Informasinya bernilai 100% akurat padahal si aku tidak tahu. Aneh.
Pada kalimat 2 itu mungkin. ---Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja Ryan tidak tahu --- karena kalimat itu adalah sudut pandang penulis (yang bertindak sebagai tuhan atas cerita). Jadi penulis tahu semuanya tidak ada batasannya.
Narasi itu jadi milik penulis bukan milik Ryan.
Ketika kita pakai dia-an, kita bisa baca pikiran hati semua orang yang ada dalam kisah, sedangkan kalau pakai aku kita hanya tahu suara hati sendiri.
Dengan segala keterbatasannya, kenapa banyak penulis pakai aku?Karena aku membuat pembaca seperti berperan dalam cerita.
Intinya dua-duanya bisa dipakai ada kelebihan dan kekurangan.
Tinggal bagaimana kita bisa memakainya.
No comments:
Post a Comment